Home » » TAZKIRAH: KEAJAIBAN SELAWAT NABI

TAZKIRAH: KEAJAIBAN SELAWAT NABI

TAZKIRAH: KEAJAIBAN SELAWAT NABI

Maksud perkataan selawat adalah "doa".

Sementara itu selawat kepada Nabi SAW, memiliki implikasi makna yang berbeza bergantung kepada siapa yang berselawat.Selawat Allah SWT adalah rahmat, selawat para malaikat berarti memohonkan keampunan, dan selawat kita adalah doa memohon Rahmat.

siapa membaca selawat untukmu, maka Aku membaca selawat untuknya’.” Selawat Nabi SAW telah menjadi syafaat, rahmat, berkah, dan ubat yang mujarab untuk menyelamatkan kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan kerap kali selawat ini memutarbalikkan sebuah fakta inderawi.

Berikut sebuah kisah yang tentang keajaiban selawat dari Ulama Besar, Imam Sufyan Ats-Tsauri.. Imam Sufyan Ats-Tsauri adalah pemimpin ulama-ulama Islam dan gurunya. Nama lengkapnya adalah: Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda bin Thabikhah bin Ilyas.

Imam Sufyan Ats-Tsauri lahir pada tahun 77 H. di Kufah pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Imam Sufyan ats-Tsauri menbuturkan...

“ Aku pergi haji. Manakala Tawaf di Ka’bah, aku melihat seoerang pemuda yang tak berdoa apapun selain hanya bershalawat kepada Nabi SAW. Baik ketika di Ka’bah, di Padang Arafah, di mudzdalifah dan Mina, atau ketika tawaf di Baitullah, doanya hanayalah salawat kepada Baginda Nabi SAW.”

Saat kesempatan yang tepat datang, aku berkata kepadanya dengan hati-hati,

“Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat. Jikalau engkau tidak mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.” Namun, dia berkata, “Aku tahu semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini.” “Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun.

Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia. Dan aku mengkafani jenazahnya. Agar tidak mengganggu jemaah lain, aku duduk menangis dalam batin dan memasrahkan segala urusan pada Allah SWT. Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu.

Akan tetapi, kala aku membuka kafan penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai. Terhenyak oleh pemandangan ini, aku tak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain. Sewaktu duduk merenung, aku seperti tertidur.

Lalu, pintu pintu kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang berjubah. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?” Aku pun berkata, “Tuan, yang menimpaku memang bukan sukacita. Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain tak bersedih.” Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya.

Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya, “Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?” Dia menjawab, “Aku Muhammad al Musthafa” (semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan kedamaian kepada Rasul pilihanNya). Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, “Masya Allah, ada apa ini? Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.” Kemudian dengan lembut beliau Saw berkata, “Ayahmu dulunya tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, wajah tukang riba berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Maha Agung mengubah lagi wajah ayahmu. Ayahmu dulu mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik.

Setiap malam sebelum tidur, dia melafalkan salawat seratus kali untukku. Saat diberitahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat karena shalawatnya kepadaku. Setelah diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”

Sufyan menuturkan, “Anak muda itu berkata, “Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain shalawat kepada Rasulullah, sebab aku tahu hanya Salawatlah yang diPERLUKAN manusia di dunia dan di akhirat.”

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail Alaihumus Salam telah berkata kepadaku. Jibril As. berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang membaca salawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan kubimbing tangannya dan akan ku bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.” Berkata pula Mikail As., “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.” Dan Israfil As. berkata pula, “Mereka yang bersalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”

Kemudian Malaikat Izrail As. pun berkata, ”Bagi mereka yang bersalawat atasmu, akan aku cabut roh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut roh para nabi.” Bagaimana kita tidak cinta kepada Rasulullah SAW? Sementara para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bersalawat atas Rasulullah SAW.

Semoga dengan kisah yang dikemukakan di atas, kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu bersalawat kepada pemimpin kita, cahaya dan pemberi syafaat kita, Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya. Semoga selawat salam, serta berkah senantiasa tercurah ke hadrat Nabi kita, Rasul kita, cahaya kita, dan imam kita, Nabi Muhammad al Musthafa SAW beserta seluruh keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang mengikutinya, dan seluruh kaum mukmin yang senantiasa untuk melazimkan bersalawat kepada beliau.

Aamiin. Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad .

Source: facebook  Jom Cari ILMU dan cinta MASJID



 
Chatroom